Social Icons

Pages

Sabtu, 11 April 2009

Berwisata ke Surga Kupu-kupu dan Air Terjun

Bantimurung

Ribuan kupu-kupu itu beterbangan ke sana-kemari, seolah tidak menghiraukan ramainya pengunjung yang datang. Air terjun mengalir deras, dikelilingi dengan pengunungan kapur (karst) yang mengalir membelah tebing-tebing terjal. Goa yang mempunyai panjang 1,2 kilometer dengan pemandangan bebatuan stalakit dan stalagmit dibiarkan natural, untuk menambah suasana alam Taman Nasional Bantimurung menjadi tempat alternatif untuk dikunjungi.

Kawasan Wisata Taman Nasional Bantimurung terletak sekitar 20 km dari Bandara Hasanuddin, 15 km dari kota Maros, dan 50 km dari Kota Makassar. Untuk mencapai ke tempat ini, pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi ataupun dengan mobil pete-pete (sejenis mikrolet/angkutan umum). Hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam dari kota Makassar, atau 30 menit dari Bandara Hassanuddin, kita akan sampai di kawasan ini. Lebih tepatnya, Taman Nasional Bantimurung terletak di Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.


Disepanjang perjalanannya, tepatnya mulai kota Maros, pengunjung akan melihat indahnya rumah-rumah adat Bugis yang berbentuk panggung berdiri di antara hamparan sawah-sawah menghijau, pengunungan dan sungai yang mengular panjang. Kesejukan mulai merasuk setelah mendekati Kawasan Wisata yang menurut data dari UNESCO menjadi taman nasional terbesar kedua di dunia setelah Cina. Disebelah kiri ruas jalan, ditandai dengan prasasti raksasa yang melekat didinding bukit yang bertuliskan “Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung”.

Masuk di kawasan ini, setiap pengunjung dikenakan biaya Rp 5.000 untuk orang dewasa dan Rp 3.500 untuk anak-anak. Dengan uang sebesar itu, pengunjung bisa menikmati mandi dibawah air terjun sambil menikmati panorama alam yang indah, pegunungan sekitar yang menghijau, suara kicau burung bersahutan dan indahnya kupu-kupu dari berbagai spesies yang beterbangan. Dibawah air terjun, terdapat tekstur batu di balik aliran air yang keras dan tidak terlalu licin membuat orang bisa melintasi atau mandi tepat di bawah pancuran air yang mempunyai ketinggian 15 meter dan lebar 20 meter itu. Bagi yang berani, pelancong bisa memakai ban untuk mengikuti derasnya aliran air.

Di sebelah kiri air terjun terdapat tangga beton setinggi 10 meter yang merupakan jalan menuju gua yang ada di sekitar air terjun, yaitu Gua Mimpi, Gua Kelelawar dan Gua Batu.

Suasana terasa lebih alami jika melihat kawanan kupu-kupu beraneka warna dan jenisnya beterbangan di sekitar air terjun. Dari sekitar 250 jenis kupu-kupu yang ada didunia, 150 jenis ada dikawasan ini. Seorang peneliti dari Inggris, Afred Russel Wallace, menyatakan dalam bukunya Archipelago Malay bahwa Bantimurung adalah “surga kupu-kupu”. Kurang lebih satu tahun (1856-1857), Alfred menetap di kawasan Bantimurung untuk meneliti 150 spesies kupu-kupu yang tergolong masih langka itu. Lain lagi dengan penjajah asal Belanda yang menjuluki kawasan Bantimurung sebagai “Kingdom of Butterfly”.

Saat ini tercatat sekitar 147 jenis kupu-kupu yang masih menghuni kawasan Bantimurung. Empat jenis di antaranya yang dilindungi, yaitu: Troides hypolitus, Troides Helena, Troides halipron, dan Chetosia myrina. Waktu yang tepat untuk melihat ribuan kupu-kupu terbang bebas di lingkungan cagar alam Bantimurung adalah sekitar bulan Agustus.

Di sisi sejarah, Bantimurung berasal dari dua kata dalam bahasa Bugis halus. Dikatakan dalam suatu cerita rakyat setempat bahwa air terjun tersebut ditemukan oleh Karaeng Simbang, seorang bangsawan setempat, bersama pengikutnya. Karena suara air terjun yang menderu-deru, Karaeng Simbang menamakan air terjun itu dengan cara menggabungkan dua kata "benti" yang berarti air dan "merrung" yang artinya bergemuruh. Seiring perkembangan jaman dan bahasa setempat, Bentimerrung lama kelamaan dilafalkan menjadi Bantimurung. Selamat mencoba!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar